Kamis, 05 Maret 2015

Dana Kemitraan PT Freeport Sentuh Kepentingan Publik

BANYAK opini yang terbentuk di tengah masyarakat terkait Dana Kemitraan PT Freeport Indonesia (PTFI) yang dikelola Lem-baga Pengembangan Masya-rakat Amungme dan Kamoro (LPM-AK). Ada penilaian positif, tentu me-nyebut penyaluran dana kemi-traan memberikan kontribusi ber-arti bagi pembangunan kesejahteraan masyarakat. Namun, ada juga tudingan miring bahwa dana itu sesungguhnya lebih digu-na-kan untuk kepentingan perusahaan. Ada yang menyebut penyaluran dana kemitraan merupakan upaya untuk membangun ‘pagar pengaman’ bagi perusahaan. Memberikan donasi bagi masyarakat sekitar tempat beroperasinya sehingga menghindarkan terjadinya konflik dan kecemburuan sosial, sehingga aset-aset perusahaan ter-hindar dari tindakan perusakan atau anarkis lainnya. 
Jajaran BM, BP dan TSE LPMAK melakukan monitoring ke lokasi program LPMAK, salah satunya di lokasi MPCC di Jalan baru C Heatubun Kwamki Baru Distrik Mimika Papua akhir tahun 2014 lalu. (Foto Dok LPMAK)
Terlepas dari semua penilaian itu, LPMAK sebagai pengelola dana kemitraan telah membuktikan kepada publik bahwa serapan dana kemitraan telah menyentuh kepentingan publik sampai pada tingkat masyarakat akar rumput, utamanya masyarakat Suku Kamoro dan Amungme. Lewat tiga program utama (pendidikan, kesehatan dan ekonomi) diback-up program khusus lainnya, LPMAK terus menerus memberikan perhatian kepada penerima manfaat langsung.
Sekretaris Eksekutif LPMAK, Emanuel Kemong mengatakan, LPMAK bukan lagi sinterklas se-perti waktu-waktu sebelumnya yang membagi-bagi uang. Saat ini program LPMAK benar-benar nyata melalui perencanaan yang terstruktur dan harus bisa dipertanggungjawabkan.
Sesungguhnya, menurut Kemong, apabila digunakan dengan tepat, penggunaan dana tak hanya dapat membawa banyak hal positif bagi masyarakat. Namun, juga turut menciptakan program keberkelanjutan bagi masyarakat yang diberikan bantuan. Implementasi dana kemitraan yang da-pat menciptakan sustainibilitas da-lam pembangunan ekonomi, pendidikan dan kesehatan masya-rakat tentu menunjukkan kualitas program yang diterapkan. 
Dalam kiprahnya di masyarakat, LPMAK menjadikan beberapa kampung sebagai pilot projek programnya. Untuk wilayah pesisir yang mayoritas Suku Kamoro, LPMAK membangun sebuah pa-brik pengolahan sagu di Kampung Keakwa, Distrik Mimika Timur Tengah. Sedangkan untuk Suku Amungme, dibangun peternakan sapi di Distrik Akimuga. Selain itu dibangun pula gedung sekolah pada sejumlah kampung berikut perumahan percontohan yang diperuntukkan bagi masyarakat. Itu sebagian kecil dari hal besar lain yang sedang dikerjakan LPMAK. Semua program itu bertujuan untuk mengakomodir kepentingan masyarakat di kampung-kampung.
Sedangkan Anggota BM-LPM-AK, Agustina Basik Basik ketika mengikuti monitoring program fisik LPMAK mengatakan, sebagai LSM, LPMAK telah membuat banyak hal di Kabupaten Mimika. Banyak hal nyata telah dilakukan LPMAK, sebab itu perlu disampaikan juga kepada pemerintah daerah, provinsi bahkan bila perlu pemerintah pusat tentang apa yang telah dikerjakan sehingga para pihak yang menjadi stakeholder bisa mengetahui semua upaya dan kerjakeras yang dilakukan selama ini.
Menggunakan bahasa filsafat yang mendalam, Agustina me-ngatakan, barang siapa yang be-kerja jujur diatas tanah ini, akan mendapat tanda heran satu ke tanda heran lain. Sebab itu LPMAK tidak boleh mundur, tidak boleh patah semangat ketika menghadapi berbagai tantangan dari dalam maupun dari luar.
“Biasa, kalau kita mau bekerja dengan hati yang bersih selalu mendapat tantangan tapi tidak apa-apa, maju saja,” kata Agustina usai melihat langsung program-program fisik di dalam dan pinggiran Kota Timika. (thobias maturbongs)