BANYAK opini yang terbentuk di tengah masyarakat
terkait Dana Kemitraan PT Freeport Indonesia (PTFI) yang dikelola Lem-baga
Pengembangan Masya-rakat Amungme dan Kamoro (LPM-AK). Ada penilaian positif,
tentu me-nyebut penyaluran dana kemi-traan memberikan kontribusi ber-arti bagi
pembangunan kesejahteraan masyarakat. Namun, ada juga tudingan miring bahwa
dana itu sesungguhnya lebih digu-na-kan untuk kepentingan perusahaan. Ada yang menyebut penyaluran dana kemitraan merupakan upaya untuk
membangun ‘pagar pengaman’ bagi perusahaan. Memberikan donasi bagi masyarakat
sekitar tempat beroperasinya sehingga menghindarkan terjadinya konflik dan
kecemburuan sosial, sehingga aset-aset perusahaan ter-hindar dari tindakan
perusakan atau anarkis lainnya.
|
Jajaran BM, BP dan TSE LPMAK melakukan monitoring ke lokasi program LPMAK, salah satunya di lokasi MPCC di Jalan baru C Heatubun Kwamki Baru Distrik Mimika Papua akhir tahun 2014 lalu. (Foto Dok LPMAK) |
Terlepas dari semua penilaian itu, LPMAK sebagai pengelola dana
kemitraan telah membuktikan kepada publik bahwa serapan dana kemitraan telah
menyentuh kepentingan publik sampai pada tingkat masyarakat akar rumput,
utamanya masyarakat Suku Kamoro dan Amungme. Lewat tiga program utama
(pendidikan, kesehatan dan ekonomi) diback-up program khusus lainnya, LPMAK
terus menerus memberikan perhatian kepada penerima manfaat langsung.
Sekretaris Eksekutif LPMAK, Emanuel Kemong mengatakan, LPMAK bukan
lagi sinterklas se-perti waktu-waktu sebelumnya yang membagi-bagi uang. Saat
ini program LPMAK benar-benar nyata melalui perencanaan yang terstruktur dan
harus bisa dipertanggungjawabkan.
Sesungguhnya, menurut Kemong, apabila digunakan dengan
tepat, penggunaan dana tak hanya dapat membawa banyak hal positif bagi
masyarakat. Namun, juga turut menciptakan program keberkelanjutan bagi
masyarakat yang diberikan bantuan. Implementasi dana kemitraan yang da-pat
menciptakan sustainibilitas da-lam pembangunan ekonomi, pendidikan dan
kesehatan masya-rakat tentu menunjukkan kualitas program yang diterapkan.
Dalam kiprahnya di masyarakat, LPMAK menjadikan beberapa kampung
sebagai pilot projek programnya. Untuk wilayah pesisir yang mayoritas Suku
Kamoro, LPMAK membangun sebuah pa-brik pengolahan sagu di Kampung Keakwa,
Distrik Mimika Timur Tengah. Sedangkan untuk Suku Amungme, dibangun peternakan
sapi di Distrik Akimuga. Selain itu dibangun pula gedung sekolah pada sejumlah
kampung berikut perumahan percontohan yang diperuntukkan bagi masyarakat. Itu
sebagian kecil dari hal besar lain yang sedang dikerjakan LPMAK. Semua program
itu bertujuan untuk mengakomodir kepentingan masyarakat di kampung-kampung.
Sedangkan Anggota BM-LPM-AK, Agustina Basik Basik ketika mengikuti
monitoring program fisik LPMAK mengatakan, sebagai LSM, LPMAK telah membuat
banyak hal di Kabupaten Mimika. Banyak hal nyata telah dilakukan LPMAK, sebab
itu perlu disampaikan juga kepada pemerintah daerah, provinsi bahkan bila perlu
pemerintah pusat tentang apa yang telah dikerjakan sehingga para pihak yang
menjadi stakeholder bisa mengetahui semua upaya dan kerjakeras yang dilakukan
selama ini.
Menggunakan bahasa filsafat yang mendalam, Agustina me-ngatakan,
barang siapa yang be-kerja jujur diatas tanah ini, akan mendapat tanda heran
satu ke tanda heran lain. Sebab itu LPMAK tidak boleh mundur, tidak boleh patah
semangat ketika menghadapi berbagai tantangan dari dalam maupun dari luar.
“Biasa, kalau kita mau bekerja dengan hati yang bersih selalu
mendapat tantangan tapi tidak apa-apa, maju saja,” kata Agustina usai melihat
langsung program-program fisik di dalam dan pinggiran Kota Timika. (thobias maturbongs)
|