Surya
nyaris ke peraduan. Kian lama berkas sinar itu berkurang di cela ranting dan
pepohonan Pantai Mimika Barat.
Anak-anak
riang menyambut perahu susun yang baru tiba, di Dermaga Amar, Distrik Amar
tengah Desember 2014 lalu. Mereka datang seiring air pasang, perahu bersandar
di atas pasir putih yang nyaris tertutup air pasang.
Redupnya
sinar surya masih bayang-bayang di balik dermaga, pepohonan, dan rumah warga.
Bekas senja itu masih membedakan jalan dan rumah, seolah langit masih menunjuk
jalan bagi manusia di akhir tahun itu.
Tim pengendalian Malaria terus berjalan, menuju Balai Kampung dan Rumah petugas perawat yang ditempatkan pemerintah Mimika. Seperti biasanya, mereka melakukan kegiatan bersambung dari kawasan Mimika Timur.
Tim pengendalian Malaria terus berjalan, menuju Balai Kampung dan Rumah petugas perawat yang ditempatkan pemerintah Mimika. Seperti biasanya, mereka melakukan kegiatan bersambung dari kawasan Mimika Timur.
Surat ijin menyebut, kegiatan itu bersambung dari daratan Ipiri, Paripi dan Yaraya, masih Distrik Amar.
“Selamat
sore, setelah penyuluhan kita akan melanjutkan dengan pemeriksaan darah, bagi
yang bersedia atau merasa gejala malaria silahkan darahnya diperiksa,” demikian
arahan penanggungjawab kegiatan pengendalian malaria, Frans Korinus Wabiser.
Ia bekerja khusus, memimpin tim pengendalian malaria LPMAK yang terdiri dari beberapa teknisi penyemprotan IRS. Tugasnya menyemprot rumah warga, kemudian membagikan kelambu kepada warga setempat.
Ia bekerja khusus, memimpin tim pengendalian malaria LPMAK yang terdiri dari beberapa teknisi penyemprotan IRS. Tugasnya menyemprot rumah warga, kemudian membagikan kelambu kepada warga setempat.
Selain
itu, tim itu terdiri juga para petugas Pustus setempat. Para perawat itu
bergabung untuk memverifikasi pasien, mengambil sampel darah. Kemudian petugas
lain, menyiapkan papan sampel darah sehingga siap diperiksa dibawah mikroskop elektron.
“Siapa
yang mau periksakan darah, silahkan maju dan antri!” demikian kalimat komando yang
terlontar di bawah atap gedung tua.
Di bawah bangunan kampung itu, warga mengikuti kegiatan penyuluhan. Serius menonton video, film sosialisasi dan aneka tayangan mediasi lainnya.
Anak-anak duduk di muka berpangku kaki di lantai. Satu-dua pria dan ibu-ibu berdiri seperti membuat pagar sekelilingnya.
Di bawah bangunan kampung itu, warga mengikuti kegiatan penyuluhan. Serius menonton video, film sosialisasi dan aneka tayangan mediasi lainnya.
Anak-anak duduk di muka berpangku kaki di lantai. Satu-dua pria dan ibu-ibu berdiri seperti membuat pagar sekelilingnya.
Sejenak
senyum, tertawa, terkadang menilai dan memberikan komentar tentang film itu. “Kalau
mabuk, jalan sembarang, itu cepat dapat penyakit!” kata-kata yang terekam saat
itu.
Perawat membantu verifikasi pasien (dok kes) |
Pekerjaan-pekerjaan itu bertujuan menghasilkan data-data seperti jumlah pasien, jenis penyakit, atau gangguan lain pada tubuh seseorang.
“Diare
atau sakit ringan lain juga kita kasi obat. Tapi kalau temuan positif malaria,
berarti diobati, jadi pasien langsung mendapat obat sesuai hasil pemeriksaan,”
kata Wabiser.
Sebelumnya,
pemeriksaan dan pengendalian malaria dilakukan di Distrik Mimika Timur.
“Sebagian
penduduk kampung Omawita lebih sering berada di befak, mencari keraka. Sama juga
di Mimika Barat. Faktor-faktor ini menyebakan angka malaria cukup tinggi,” katanya.
Frans Wabiser memeriksakan darah di mikroskop (dok kes) |
Kendala
sering dijumpai.
Masyarakat sering meninggalkan rumah, dikunci. Jadi tak bisa melakukan semprot rumah.
Kesulitan-kesulitan itu menyebabkan angka SPR tinggi, sekitar 14persen di Mimika Timur Jauh.
Faktor alam dan kebiasaan warga di Atuka juga menyebabkan, angka SPR masih tinggi sepanjang September 2014 lalu.
Masyarakat sering meninggalkan rumah, dikunci. Jadi tak bisa melakukan semprot rumah.
Kesulitan-kesulitan itu menyebabkan angka SPR tinggi, sekitar 14persen di Mimika Timur Jauh.
Faktor alam dan kebiasaan warga di Atuka juga menyebabkan, angka SPR masih tinggi sepanjang September 2014 lalu.
Situasi itu yang diperjelas
Kepala Biro Kesehatan LPMAK, Yusup Nugroho, baru-baru ini.
”Sebanyak 22 kampung, 388 rumah disemprot (IRS), 660 kelambu dibagikan dan dipasang. Sebanyak 2.640 orang mengikuti penyuluhan. Sebanyak 3.292 orang diperiksa, total 7,5persen positif kena malaria,” tulisnya mengenai program pengendalian malaria oleh LPMAK di Pesisir Mimika sepanjang tahun 2014.
”Sebanyak 22 kampung, 388 rumah disemprot (IRS), 660 kelambu dibagikan dan dipasang. Sebanyak 2.640 orang mengikuti penyuluhan. Sebanyak 3.292 orang diperiksa, total 7,5persen positif kena malaria,” tulisnya mengenai program pengendalian malaria oleh LPMAK di Pesisir Mimika sepanjang tahun 2014.
Pesan
itu meringkas situasi dan persentase pasien di tingkat kampung. Tentunya berpengaruh terhadap angka dan jumlah
pasien malaria yang berkunjung ke pos pelayanan kesehatan, puskesmas maupun
rumah sakit di Kota Timika. (willem bobi)