Tampilkan postingan dengan label religius. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label religius. Tampilkan semua postingan

Rabu, 11 Februari 2015

Pastor Paulus Dodot Kusworo, SCJ : “Melayani 7 Suku, Mesti Menjadi Pelayan”

Akhir-akhir ini, bahkan sepanjang waktu, seseorang dihadapkan pada perjuangan mencapai tujuan hidup. Aneka ragam persaingan, termasuk persaingan politik, pendidikan, ekonomi bisnis dan sebagainya untuk mencapai tujuan tertentu dalam hidup manusia.
Pastor Paulus Dodot Kusworo, SCJ berkhotbah di hadapan karyawan-karyawati LPMAK, Senin (9/2/2015). (bobi)
Tujuan tersebut, kata Pastor Paulus Dodot Kusworo, SCJ, berlawanan misi dengan tujuan dan misi perjuangan Allah. Sebab, tujuan hidup manusia sewajarnya diibaratkan seperti seorang pelayan. Pelayan sesuai bacaan Kitab Suci, merupakan seorang manusia yang memiliki sikap dan tindakan paling bawah, kelas terendah dalam strata kemasyarakatan.
“Pertanyaannya, siapa yang mau menjadi paling rendah?” tanya Pastor Dodot, Senin (9/2/2015).
Pekerja, karyawan dan karyawati LPMAK sebagai pelayan, mesti merendahkan diri diantara sesama rekan kerja, bahkan kepada masyarakat 7 suku yang dilayani. Artinya, siapapun pekerja atau pegawai, tidak mesti terlibat berlomba-lomba untuk menduduki posisi atau jabatan tertentu.
Mengejar tujuan demikian, Pastor menyamakan, berlomba-lomba bukan menjadi paling rendah, bukan pula juga menjadi pelayan yang dimaksud selama ini. Lanjutnya, sebaliknya, berlomba-lomba mendapatkan atau berusaha naik jabatan, naik pangkat. Bahkan berlomba secara politis, bukan lagi rahasia.
Contoh sederhana, seseorang menyuap atasannya dengan maksud tertentu, berupa uang, barang atau jasa tertentu untuk kepentingan tertentu.
“Situasi demikian, kalau mau melayani, arti pelayan sesungguhnya sangat ngerih, berat!” ucap mantan Pastor Paroki Gereja Katolik Maria Bintang Laut, Kotatua Kaokanao itu.
Apalagi di LPMAK, melayani 7 suku. Amungme, Kamoro, Dani, Damal, Nduga, Moni dan Mee. Ke-7 suku itu, masyarakat dengan beragam tipe dan latar belakang  kehidupan.
“Sungguh, perkara (pelayan) yang tidak gampang dan tidak muda!” herannya,   menyebutkan program LPMAK di bidang pendidikan, kesehatan, pengembangan ekonomi dan biro pendukung lainnya.
Tak hanya itu, sebagai pelayan di LPMAK, juga dihadapkan pada sistim, aturan dan kebijakan yang beranekaragam, penuh tantangan.
Dalam situasi beragam tantangan di internal maupun eksternal lembaga (organisasi), bagaimana seorang pelayan di LPMAK dapat menjawab tuntutan masyarakat?
Menyimak bacaan, di Internal LPMAK, Senin (7/2/2015), sebenarnya seseorang karyawan maupun karyawati LPMAK tinggal memilih. Apakah mau berlaku seperti seorang murid utusan Yesus dan bekerja sebagai seorang pelayan di LPMAK? Ataukah sebaliknya, berlomba merahi posisi, jabatan, atau mencari pelayan supaya dilayani orang lain?
Pilihan apapun, ada risikonya. Bacaan injil itu mengatakan, Yesus menjadi pelayan para rasul, demi mewujudkan kerajaan Allah. Yesus memanggil dan mengutus murid ke tengah-tengah serigala. Sebelum itu, Yesus menguatkan ke-70 murid dengan caraNya, supaya berani mewartawakan misi Allah di tengah-tengah serigala, lebih dari satu serigala.
Situasi perutusan seperti itu, satu domba lawan banyak serigala. Situasi yang terancam, karena sekelilingnya dipenuhi serigala yang pasti bermusuhan. Maka itu, cara Yesus menguatkan muridNya, supaya berani, kuat dan siap menghadapi para musuh. Misi Allah itu dipenuhi dalam diri seorang pelayan, setiap hati murid Yesus.

Sama artinya, menyiapkan karyawan-karyawati LPMAK supaya tidak menjadi santapan serigala. Sebaliknya, karyawan-karyawati LPMAK menjadi penjala masyarakat 7 suku, sebagai peserta program misi LPMAK, misi Allah. (willem bobi)

Senin, 02 Februari 2015

Keluarga Besar LPMAK Mendoakan Pastor Nato Gobay, Pr

“Bagi Pastor Kami yang menghadap kehadiratMu, ya Bapa, Semoga kiranya mendapat tempat di sisi kananMu, menjadi keluarga kudus bersamaMu di Surga…” demikian sepenggal kalimat berwujud doa diucapkan Pendeta Arjuwini Leo di Lokasi Kantor 1-2 LPMAK, Jalan Ahmad Yani Timika, Senin (2/2/2015) pagi.
Ibadah Rutin Internal LPMAK, diselenggarakan tiap awal pekan atau tiap hari senin Pukul 08.00, sebelum memasuki jam kerja sesuai peraturan lembaga swasta itu. Kali inipun, Pendeta Arjuwini sempat memanjatkan doa terhadap kematian Pastor Nato Gobay, Pr, dalam ibadah internal yang diselenggarakan di Jalan Ahmad Yani, Timika, Senin (2/2/2015). (bobi)
Ibadah tersebut dihadiri para pimpinan LPMAK beserta kepala biro, bagian dan staf, seperti biasanya diselenggarakan tiap awal pekan di internal LPMAK. Pendeta Arjuwini diundang oleh biro dan bagian terkait yang biasanya mendapat tugas bergilir di setiap awal pekan.
Sumber lain mengatakan, doa keluarga besar LPMAK sangat penting, sebab Pastor Alhmarum berjasa juga di Timika, terutama dalam peran masyarakat lokal terhadap hak-hak warga sipil dan masyarakat adat setempat, katanya.
Sementara berita duka kematian Pastor Nato itu, lebih banyak warga ketahui melalui media sosial dan juga pesan singkat telpon seluler yang berisikan berita duka tentang kematian Pastor Vikaris Jenderal Keuskupan Timika itu.
Seperti yang diberitakan www.majalahselangkah.com, Pastor Nato meninggal dunia setelah memimpin perayaan misa hari minggu di Gereja Katolik Kristus Raja Malompo, Siriwini Nabire, Minggu (1/2/2015) kemarin.

Pastor Nato Gobay Pr dikabarkan tak tertolong setelah jatuh di kamar mandi, seperti berita itu menyebutkan penyebab kematiannya. (willem bobi)

Pendeta Arjuwini Leo: LPMAK Perlu Kekuatan dan Kerjasama Tim

Berbagai cara dilakukan manusia untuk mencapai tujuan dan impian manusia. Begitu juga dengan LPMAK, kata Pendeta Arjuwini Leo, dalam mencapai tujuan pekerjaan dan maupun cita-cita pribadi, harus dihadapi dengan kekuatan besar yang berasal dari Allah.
Pendeta Arjuwini Leo menyampaikan Firman Tuhan dalam ibadah awal pekan karyawan-karyawati LPMAK di Jalan Kantor LPMAK 1-2 Jalan Ahmad Yani Timika, Senin (2/2/2015). (bobi)
“Pasti ada tantangan dan hambatan. Inilah juga yang dihadapi Yosua ketika Ia diperintahkan Tuhan untuk merebut dan masuk ke Tanah Kanaan, seperti yang dijanjikan oleh Allah bagi bangsa Israel,” ucapnya mengkutip bacaan Kitab Suci Perjanjian Lama, Senin (2/2/2015).
Pesan itu disampaikan Pendeta Arjuwini ketika membawahkan Firman Tuhan kepada karyawan-karyawati LPMAK di Lokasi perkantoran LPMAK, Timika Papua. Seperti biasanya setiap awal pekan, karyawan-karyawati LPMAK menyelenggaraan ibadah awal pekan.  
Lanjutnya, kala Musa tiada, Firman Tuhan menjadi kekuatan bagi Yosua. Demikian juga dalam mencapai tujuan pekerjaan dan cita-cita LPMAK maupun  pribadi seseorang.
“Mencapai setiap visi dan misi dibutuhkan kekuatan tim. Kerjasama di dalam tim. Kecakapan maupun yang lain untuk merahinya,”  tuturnya.
Terlebih, keyakinan terhadap apa yang dikerjakan, tentu memiliki keyakinan mengenai kepastian menuju keberhasilan. Sebagai umat Allah yang beriman, pekerjaan berhasil sesuai cita-cita pelayanan kepada masyarakat. Model lain adalah, keyakinan dalam persekutuan untuk merahi keberhasilan bersama masyarakat.
“Sebagaimana lampu menyala ketika terhubung dengan arus listrik, sebaliknya ketika arus listrik dipadamkan, lama-kelamaaan pasti mati, padam,” ilustrasinya mengajak berteguh kepada Tuhan.
Sapaan Firman Tuhan, kata Pendeta itu, memberi kekuatan yang lebih kuat dalam tugas maupun pekerjaan. Kekuatan, kerjasama dengan sesama lain, rekan kerja dalam bekerja, pekerjaaan menjadi lebih ringan. Ibarat kata, bangunan besar memiliki pasir, semen, batu dan material lainnya.
“Dalam satu visi dan misi membutuhkan sebuah komitmen yang kuat dan kokoh, untuk mencapai tujuan yang diharapkan!” pesannya demi pelayanan LPMAK di tahun 2015 berjalan ini.

Pesan-pesan Pendeta itu megingatkan karyawan-karyawati LPMAK agar setiap insan manusia memiliki kekuataan iman dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat lokal. Setidaknya bekerja sesuai program kerja yang direncanakan setiap bagian atau biro program di LPMAK. (willem bobi)

Rabu, 28 Januari 2015

Ini Impian Bersama Peserta Beasiswa di Manokwari

Sekali-kali merenungkan diri, pribadi atau berkelompok itu penting dalam kehidupan seseorang. Merefleksi diri soal masa lampau, sekarang ke depan, entah siapapun dan dimanapun.
Demikianlah, salah satu tujuan kegiatan rekoleksi peserta beasiswa LPMAK di Kota studi Manokwari, akhir Desember 2014 lalu.
Tim Biro Pendidikan LPMAK, Pendamping dan Dosen UNIPA Manokwari bersama mahasiswa-mahasiswa yang tergolong sebagai peserta beasiswa LPMAK, berpose bersama menurut angkatan dan kategori tertentu di salah satu ruang Kota Manokwari Provinsi Papua Barat, akhir Desember 2014. (Oktovian Jangkup)

“Rekoleksi ini dalam rangka mencapai cita-cita anak-anak peserta beasiswa,” kata Octovianus Jangkup, pengurus asrama dan sekolah di Biro Pendidikan LPMAK, Rabu (28/01/2015).
Kesempatan akhir tahun, selain bersiap menyambut natal, juga melepas tahun lama, 2014.  Kisah buruk lama ditinggalkan, menyambut semangat hidup baru.
Waktu akhir tahun juga, pelajar dan mahasiswa-mahasiwi biasanya memiliki waktu luang di luar kampus, atau usai ujian semester ganjil. Kesempatan ini dipergunakan oleh Tim Biro Pendidikan LPMAK untuk mengajak peserta beasiswa sekita 70 mahasiswa dan mahasiswi.
Selain peserta, dosen dan para pembimbing dan pendamping kemitraan pendidikan di lembaga Universitas Negeri Papua (UNIPA) Manokwari juga terlihat, mendampingi rekoleksi demi masa depan.
“Harapannya, anak-anak itu bisa mendapat siraman kekuatan, motivasi baru, sehingga menyelesaikan pendidikan sesuai target yang ditentukan LPMAK maupun sesuai cita-cita dan impian anak-anak,” ujar Jangkup. (willem bobi)




Senin, 26 Januari 2015

PT Freeport Menanggapi Khotba Uskup Timika

Pesan rohaniwan terkadang mengundang reaksi dan tanggapan para petinggi di pemerintahan maupun lembaga swasta. Demikian juga PT Freeport Indonesia, kembali menanggapi pesan Tuhan melalui Khotba Uskup Keuskupan Timika, John Philip Saklil, Pr yang disampaikan di salah satu pojok Kota Timika, Senin (26/01/2014).
“Tidak hanya mengingatkan kita sekalian, tapi juga menjadi landasan dan pegangan untuk memulai tahun pelayanan kita,” kesan Claus Wamafma mewakili PT Freeport Indonesia di Multi Purpose Community Center (MPCC) Kwamki Baru, Senin (26/01/2014).
Tanggapan itu berkaitan dengan pengelolaan dana kemitraan PT Freeport Indonesia. Claus baru saja menjabat anggota Badan Musyawarah (BM) LPMAK, perwakilan PT Freeport Indonesia.
Claus Wamafma, anggota Badan musyawarah LPMAK perwakilan PT Freeport Indonesia memberikan sambutan seputar misi pelayanan kepada manusia sekaligus mengajak karyawan-karyawati LPMAK untuk mengerjakan program LPMAK dengan cara melalui dukungan jobdesk (bobi)
LPMAK adalah sebuah lembaga swasta yang mengelola dana kemitraan PT Freeport Indonesia. Claus ditugaskan menjadi anggota BM LPMAK, mewakili PT Freeport Indonesia, menggantikan Napoleon Sawai, yang sebelumnya juga berperan cukup penting di BM-LPMAK.
“Kita belajar pada hari ini. Kita tidak bisa jadi penjala orang, tidak bisa jadi penjala orang lain. Tidak bisa juga menjadi pembawa berkat, kalau kita tidak bisa menjadi berkat untuk orang-orang paling dekat dengan kita, anak istri kita. Ini pelajaran yang baik sekali, buat seluruh keluarga besar LPMAK yang hadir pada acara ini,” kesannya.
Claus menilai, tahun 2015 merupakan tahun yang penuh dengan misteri. Maka dalam syukuran internal LPMAK, Klaus mengajak seluruh lapisan karyawan dan karyawati LPMAK.
Pesan melalui khotba Uskup John Philip Saklil, Pr, merupakan pesan Tuhan yang menguatkan setiap insan manusia di manapun serta profesi apapun, tanpa membeda-bedakan latar belakang dan status manusia.
Pesan itu, Uskup mengutip dari Injil karangan Matius, mengenai karya perutusan manusia. “Aku mengutus kamu bukan lagi sebagai penjala ikan, tapi sebagai penjala manusia” demikian sepanggal kutipan Uskup Timika dalam khotba sebelumnya. (willem bobi)