Sekitar dua kali mamanya telpon anaknya
datang, setelah seminggu lebih menghilang atau menumpang di rumah keluarga
lainnya di Kota Timika.
“Jadi
mama tidak bilang, kalau dia aktif kuliah?”
“Kadang-kadang
kami tanya, kamu kuliah kapan? Mau kuliah atau tidak?” katanya menjelaskan situasi
komunikasi terhadap anaknya selama ini.
Lanjutnya,
satu minggu kuliah, kemudian satu minggu libur lagi. Begitu-begitu, mengulangi
jawaban anaknya.
Diskusi
itu seperti membuka rahasia, sikap cuek-mencuek antara orangtua peserta
beasiswa dan anaknya. Sebab, selama ini terkesan, peran orangtua minim, serta
pendidikan itu seolah tak penting bagi anaknya atau bagi anak itu sendiri. Lalu
apa yang mesti dibuat?
“Kita
ingin tahu, orangtua tak tahu perkembangan anak (meski jahu, ada komunikasi telpon-red) dia sudah hampir satu bulan
di Timika, seperti membiarkan kuliahnya?” tanya Tim UNIKA yang dipimpin
Albertus Istiarto, bagian non-Akademis mahasiswa UNIKA itu, Kamis (29/01/2015)
siang.
Mamanya
diam, seperti berpikir panjang dan merenungkan tentang nasib anaknya. Walau
keluarga yang satu ini terkesan memiliki kemampuan ekonomi, cukup, anak itu
memiliki kemampuan akademik sehingga lolos dalam peluang beasiswa LPMAK. Anak
itu, dari 1000 orang yang ikut tes, terpilih karena prestasinya di Timika saat
itu, tahun 2011.
“Anak-anak
jarang kasi alamat yang lengkap, bahkan nomor telpon juga salah,” tambah
Albertus.
Kisah
itu juga yang terjadi, rumah satu yang didatangi siang ini adalah, tak sesuai
nomor handphone kecuali alamat rumah
yang jelas. Nomor handphone adalah
milik saudara sepupunya. Sementara nomor handphone
bapak dan ibu kandungnya tak diberikan oleh anaknya kepada UNIKA. Data itu
diberikan sesuai fakta saat pendataan
identitas dan alamat orangtua atau wali orangtua yang bisa dihubungi,
sediakala terjadi sesuatu atau menyampaikan informasi mengenai pendidikan anak.
“Tapi
sekarang, bapa sudah datang, kasi nomor supaya kami bisa telpon dan
berkomunikasi dengan pihak kampus ke depan. Dengan ini saya pikir, kita bisa
pantau anak,” jawab mama itu berterima kasih.
“Iya,
lebih baik demikian. Ke depan kita berharap, orangtua juga mendukung anak,
melakukan komunikasi dan memantau anak. Kalau ada informasi yang meragukan,
silahkan kontak kami,” balas Albertus bertukar nomor telponnya. –SELESAI-- (willem bobi)