Kalau
suami tidak cocok dengan istri, bagaimana nasib anak-anaknya? Demikian juga sikap
pemerintah terhadap istrinya, Freeport? Ilustrasi itu disampaikan Wakil Ketua Badan
Pengurus (BP) LPMAK, Yohanes Deikme, baru-baru ini.
“Freeport
harus mampu melihat kemandirian anaknya, yaitu LPMAK. Lebih khusus, bagaimana
mendidik dan membesarkan anaknya Amungme Kamoro dan 5 suku kerabat lain!”
tegasnya mengungkit pengembangan masyarakat lokal.
Bagai
ayah, istri dan anak, dalam satu keluarga. “Saya gambarkan, melihat bahwa, ayah
itu pemerintah, ibu itu Freeport, dan anak-anak itu Amungme, Kamoro dan 5 suku
kerabat. Jangan sampai mereka cerai-beraikan kepentingan Amungme dan Kamoro, 5
kerabat dan Papua lain,” tegas wakil Pengurus LPMAK itu.
Berharap
ke depan, berbagai situasi dan tantangan, LPMAK harus siap mampu
menghadapi dan siap merubah daerah bersama dengan mitra-mitra yang ada di
lembaga ini.
“Jadi
jangan sampai dengan bercerai-berainya orangtua, suami menceraikan istrinya,
akhirnya nasib anak-anaknya terlantar?” pesannya.
Tentunya,
LPMAK telah melakukan berbagai program dan kegiatan demi pengembangan
masyarakat. Diantaranya, mengirim anak-anak untuk sekolah, membangun pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, serta membangun ekonomi mandiri.
"Jangan
sampai, berbagai program ini putus sampai di sini. Mesti ada usaha dan upaya,
supaya kemitraan ini berjalan terus melayani masyarakat!” katanya.
Setidaknya,
LPMAK memiliki usaha-usaha lain, berupa usaha bisnis. Usaha dimana, ke depan
kalau perusahan Freeport ini tutup, bisa mandiri. Mandiri dengan apa? Ini yang harus
dipikirkan serius, keras dan dewasa demi kemandirian LPMAK di waktu mendatang. (willem bobi)