Rabu, 11 Februari 2015

BP LPMAK Berkiasan, Pemerintah dan Freeport Seperti Suami-Istri

Kalau suami tidak cocok dengan istri, bagaimana nasib anak-anaknya? Demikian juga sikap pemerintah terhadap istrinya, Freeport?  Ilustrasi itu disampaikan Wakil Ketua Badan Pengurus  (BP) LPMAK,  Yohanes Deikme, baru-baru ini.
“Freeport harus mampu melihat kemandirian anaknya, yaitu LPMAK. Lebih khusus, bagaimana mendidik dan membesarkan anaknya Amungme Kamoro dan 5 suku kerabat lain!” tegasnya mengungkit pengembangan masyarakat lokal.
Bagai ayah, istri dan anak, dalam satu keluarga. “Saya gambarkan, melihat bahwa, ayah itu pemerintah, ibu itu Freeport, dan anak-anak itu Amungme, Kamoro dan 5 suku kerabat. Jangan sampai mereka cerai-beraikan kepentingan Amungme dan Kamoro, 5 kerabat dan Papua lain,” tegas wakil Pengurus LPMAK itu.
Berharap ke depan, berbagai situasi dan tantangan, LPMAK harus siap mampu menghadapi dan siap merubah daerah bersama dengan mitra-mitra yang ada di lembaga ini.
“Jadi jangan sampai dengan bercerai-berainya orangtua, suami menceraikan istrinya, akhirnya nasib anak-anaknya terlantar?” pesannya.
Tentunya, LPMAK telah melakukan berbagai program dan kegiatan demi pengembangan masyarakat. Diantaranya, mengirim anak-anak untuk sekolah, membangun pelayanan kesehatan kepada masyarakat, serta membangun ekonomi mandiri.
"Jangan sampai, berbagai program ini putus sampai di sini. Mesti ada usaha dan upaya, supaya kemitraan ini berjalan terus melayani masyarakat!” katanya.

Setidaknya, LPMAK memiliki usaha-usaha lain, berupa usaha bisnis. Usaha dimana, ke depan kalau perusahan Freeport ini tutup, bisa mandiri. Mandiri dengan apa? Ini yang harus dipikirkan serius, keras dan dewasa demi kemandirian LPMAK di waktu mendatang. (willem bobi)