Akhir-akhir ini, bahkan sepanjang waktu,
seseorang dihadapkan pada perjuangan mencapai tujuan hidup. Aneka ragam
persaingan, termasuk persaingan politik, pendidikan, ekonomi bisnis dan
sebagainya untuk mencapai tujuan tertentu dalam hidup manusia.
Pastor Paulus Dodot Kusworo, SCJ berkhotbah di hadapan karyawan-karyawati LPMAK, Senin (9/2/2015). (bobi) |
Tujuan
tersebut, kata Pastor Paulus Dodot Kusworo, SCJ, berlawanan misi dengan tujuan
dan misi perjuangan Allah. Sebab, tujuan hidup manusia sewajarnya diibaratkan
seperti seorang pelayan. Pelayan sesuai bacaan Kitab Suci, merupakan seorang
manusia yang memiliki sikap dan tindakan paling bawah, kelas terendah dalam
strata kemasyarakatan.
“Pertanyaannya,
siapa yang mau menjadi paling rendah?” tanya Pastor Dodot, Senin (9/2/2015).
Pekerja,
karyawan dan karyawati LPMAK sebagai pelayan, mesti merendahkan diri diantara
sesama rekan kerja, bahkan kepada masyarakat 7 suku yang dilayani. Artinya,
siapapun pekerja atau pegawai, tidak mesti terlibat berlomba-lomba untuk menduduki
posisi atau jabatan tertentu.
Mengejar
tujuan demikian, Pastor menyamakan, berlomba-lomba bukan menjadi paling rendah,
bukan pula juga menjadi pelayan yang dimaksud selama ini. Lanjutnya, sebaliknya,
berlomba-lomba mendapatkan atau berusaha naik jabatan, naik pangkat. Bahkan berlomba
secara politis, bukan lagi rahasia.
Contoh
sederhana, seseorang menyuap atasannya dengan maksud tertentu, berupa uang,
barang atau jasa tertentu untuk kepentingan tertentu.
“Situasi
demikian, kalau mau melayani, arti pelayan sesungguhnya sangat ngerih, berat!”
ucap mantan Pastor Paroki Gereja Katolik Maria Bintang Laut, Kotatua Kaokanao
itu.
Apalagi
di LPMAK, melayani 7 suku. Amungme, Kamoro, Dani, Damal, Nduga, Moni dan Mee.
Ke-7 suku itu, masyarakat dengan beragam tipe dan latar belakang kehidupan.
“Sungguh,
perkara (pelayan) yang tidak gampang dan tidak muda!” herannya, menyebutkan program LPMAK di bidang pendidikan,
kesehatan, pengembangan ekonomi dan biro pendukung lainnya.
Tak
hanya itu, sebagai pelayan di LPMAK, juga dihadapkan pada sistim, aturan dan
kebijakan yang beranekaragam, penuh tantangan.
Dalam
situasi beragam tantangan di internal maupun eksternal lembaga (organisasi),
bagaimana seorang pelayan di LPMAK dapat menjawab tuntutan masyarakat?
Menyimak
bacaan, di Internal LPMAK, Senin (7/2/2015), sebenarnya seseorang karyawan
maupun karyawati LPMAK tinggal memilih. Apakah mau berlaku seperti seorang
murid utusan Yesus dan bekerja sebagai seorang pelayan di LPMAK? Ataukah
sebaliknya, berlomba merahi posisi, jabatan, atau mencari pelayan supaya
dilayani orang lain?
Pilihan
apapun, ada risikonya. Bacaan injil itu mengatakan, Yesus menjadi pelayan para
rasul, demi mewujudkan kerajaan Allah. Yesus memanggil dan mengutus murid ke
tengah-tengah serigala. Sebelum itu, Yesus menguatkan ke-70 murid dengan caraNya,
supaya berani mewartawakan misi Allah di tengah-tengah serigala, lebih dari
satu serigala.
Situasi
perutusan seperti itu, satu domba lawan banyak serigala. Situasi yang terancam,
karena sekelilingnya dipenuhi serigala yang pasti bermusuhan. Maka itu, cara Yesus
menguatkan muridNya, supaya berani, kuat dan siap menghadapi para musuh. Misi
Allah itu dipenuhi dalam diri seorang pelayan, setiap hati murid Yesus.
Sama
artinya, menyiapkan karyawan-karyawati LPMAK supaya tidak menjadi santapan
serigala. Sebaliknya, karyawan-karyawati LPMAK menjadi penjala masyarakat 7
suku, sebagai peserta program misi LPMAK, misi Allah. (willem bobi)