Sekitar
pukul 09.00 pagi, laki-laki berambut separuh putih, tinggi, berbadan lebar lagi. Dia
keluar dari salah satu ruang di LPMAK. Katanya, mau mencari orangtua. Orangtua
siapa?
“Ayo
naik, kita jalan sama-sama!” ajak lelaki tua itu, Kamis (29/01/2015). Dia
menjelaskan rencana dan tujuannya dalam mobil yang ditumpanginya.
“Ada
wartawan lainkah?” sembari memeriksa krunya.
Sedikit
lagi, sambil menambahkan tujuan dan maksud perjalannya. Yakni menyapa, menemui dan
berdiskusi ke setiap orangtua peserta beasiswa LPMAK yang dikuliahkan ke
Universitas Katolik (UNIKA) Soegijapranata Semarang.
Drs Albertus Istiarto, MA diwawancarai sejumlah wartawan-wartawati di salah satu pojok Kota Timika, Kamis (29/01/2015). (bobi) |
Lantas,
aktivitas non-akademik itu menjadi tanggungjawab bagian non-akademik UNIKA yang dikerjakan oleh Drs. Albertus Istiarti,
MA. Makanya setiba di Timika, pada hari kedua ia nampak sekitar jam 10 pagi,
Kamis ini.
Kemudian
mengunjungi salah satu rumah di sekitar pasar damai.
“Orangtua
ini, anaknya kuliah di UNIKA,” jelasnya
kepada kru wartawan.
Hampir
sejam, Albertus berjumpa dengan pihak orangtua. Banyak hal yang tidak diketahui
orangtua mengenai perkembangan anaknya yang mendapat beasiswa LPMAK Semarang
itu.
Lanjutan
cerita demi cerita, katanya anak itu malah sedang berada di Timika, dengan
alasan palsu yang dilapor kepada orangtuanya di Pasar Damai Timika.
Tak
hanya itu, Albertus juga sempat berkeliling di sekitar Hotel Anggrek. Tak
berbuah hasil, karena alamat yang diberikan, belum tepat. Kemudian berbelok ke
jalan Hasanudin Timika, orangtuanya sedang keluar rumah.
Dari
separuh perjalanan berkunjung dan berjumpa dengan beberapa orangtua, ada kesan
kaget, heran bahkan senang.
“Kalau
dosen atau pendamping datang ke rumah, itu-kan kami tahu persis, apa kata anak
selama ini benar atau tidak?” kesan seorang wali mahasiswa. Merasa terbantu
informasi mengenai anaknya yang selama ini memberikan laporan palsu. (willem
bobi)